Samsul Arifin

Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. karna dihadapan kopi kita semua sama.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 06 September 2017

PARA PEMERHATI KALANG TUBAN,REMBANG,BLORA DAN BOJONEGORO KENALKAN BUDAYA DAN PERADABAN WONG KALANG MELALUI FESTIVAL BUDAYA KALANG

PARA PEMERHATI KALANG TUBAN,REMBANG,BLORA DAN BOJONEGORO KENALKAN BUDAYA DAN PERADABAN WONG KALANG MELALUI FESTIVAL BUDAYA KALANG

-=Republik Ngopi=-


Tuban 06 September 2017, Masih sangat asing bagi sebagian kita ketika mendengar istilah WONG KALANG atau budaya Kalang atau peradaban Kalang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soelardjo Pontjosoetirto (1971) menggambarkan tentang keberadaan orang Kalang yang tersebar di sepanjang sisi utara dan selatan Pulau jawa.  Berawal dari minimnya data dan sedemikian banyaknya sebaran situs Kalang yang notabene ada semacam pembiaran oleh pemangku kebijakan dan makin maraknya penjarahan situs Kalang ini menjadi titik awal pembicaraan yang mengerucut pada FESTIVAL BUDAYA KALANG yang akan dilaksanakan pada tanggal 9-10 September 2017 di KPH Jatirogo Tuban.  



Situs makam Kalang umumnya tersebar  di sekitar perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, seperti  di Cepu dan beberapa wilayah di Blora, di Tuban. Sedangkan di Bojonegoro  situs Kalang yang terbesar ada di desa Kawengan Kec. Kedewan (berbatasan dengan Cepu-Blora dan Singgahan-Tuban) berjumlah 109 makam di area seluas 35 Ha, di Kec. Malo (tidak jauh dari Kawengan) berjumlah 17 makam di area 12 Ha, dan ada di kecamatan lain tetapi hanya berjumlah 1 atau 2 makam saja. Semua berada di kawasan hutan jati di bawah penguasaan Perhutani. Sayang kondisi situsnya semakin lama semakin rusak parah, padahal situs yang ada di desa Kawengan konon sudah diperdakan sebagai situs cagar budaya oleh pemprof Jatim seperti  diceritakan Siswo Nur Wahyudi salah seorang Budayawan dan pemerhati Kalang dari Bojonegoro. 

Kegiatan ini sekaligus menjaring dan mengumpulkan mereka mereka yang memiliki kepedulian  akan masyarakat Kalang yang kini tidak diketahui ujung pangkalnya. Dan melecut kembali semangat KALANG dengan menghadirkan secara sukarela pemerhati dan seniman dari dalam dan luar negeri diantaranya ada ARRINGTON de DIONYSO dari Amerika Serikat,  GILLES SAISI Perancis,  SAUNG SWARA Salatiga,  SEKRTAJI Jogja,  GANESA BAKTI PERTIWI Karangkates, LOG SANSKRIT Jogja,   SELENDANG WANGI Universitas Negeri Jember,  AGUS RIYANTO Batu,  Komunitas WALIKUKUN  Tulungagung dan masih banyak lagi. Panggung terbuka dan bebas untuk yang ingin berpartisipasi pada tanggal 9 September 2017 bersamaan dengan  acara melukis bersama dan mural mulai jam 15.00 WIB. 

J. F. X. Hoerry salah seorang sastrawan jawa dari Bojonegoro pernah menulis sebuah buku napak tilas WONG KALANG BOJONEGORO dan Drs.  Dwi Cahyono akan hadir sebagai salah satu nara sumber dalam JAGONGAN BUDAYA KALANG pada tanggal 10 September sebelum JELAJAH SITUS KALANG. Sedangkan untuk artefak KALANG akan dibawa dari Blora oleh Lukman Wijaya salah seorang peneliti Kalang dari Blora.  Komunitasnya telah mengamankan banyak artefak kalang disimpan rapi dalam museum pribadi komunitas tersebut. 

Kegiatan ini dilakukan oleh para pemerhati Kalang dari Tuban Rembang Blora dan disengkuyung penuh oleh Sanggar Gaung Prana Jati Sekaran Kecamatan Jatirogo Tuban bekerjasama dengan KPH jatirogo. Mari himpun energi dalam semangat KALANG. 

Untuk Para pembaca yang juga penasaran dan suka akan sejarah,budaya bisa juga menghubungi Contact person penyelenggara yang ada dibawah ini.

Contact Person: 
Budi PJ +62 822 8214 3905|| Yoyok Van Bandem +62 857 3179 5757|| Krisna +62 822 3480 3626 || Hewodl Unen Unen +62 812 3253 7520 || Zam Risang Maloka +62 853 2961 3538

Selasa, 05 September 2017

PANGERAN TAMPAN DARI KERAJAAN MEMPAWAH AJAK SELALU MENEBAR CINTA KASIH DAN PERDAMAIAN SESAMA MANUSIA

PANGERAN TAMPAN DARI KERAJAAN MEMPAWAH AJAK SELALU MENEBAR CINTA KASIH DAN PERDAMAIAN SESAMA MANUSIA

-=Republik Ngopi=-


Krisis kemanusian yang melanda saudara Muslim  Suku Rohingya  di Myanmar banyak mengundang perhatian dari beberapa pihak khususnya para pemerhati HAM dan kemanusiaan tidak hannya itu sampai dengan detik ini banyak media pemberitaan juga telah memberitakan hal tersebut baik media cetak maupun media elektronik.

Namun kali ini hal tersebut tidak hannya mengundang perhatian para pemerhati kemanusiaan sosok pangeran Tampan dari Kerajaan panembahan Mempawah salah satu kerajaan islam yang saat ini masuk dikawasan  kabupaten Mempawah Kalimantan Barat ini juga berkomentar dengan persoalan yang melanda saudara muslim di Myanmar, Pangeran yang memiliki sosok tampan ini bernama HRH.Tengku Pangeran Abdullah Ali Chandrarupa Wibowo,acc.mult sering disapa akrab dengan sapaan Pangeran Chandrarupa.


Pangeran Chandrarupa juga sangat menyesalkan akan adanya pertikaian yang terjadi dikawasan muslim Rohingya Myanmar apalagi banyak yang sudah tau bahwa nahkoda Myanmar sendiri adalah salah satu penerima Nobel Perdamaian sehingga dengan adanya kasus yang menimpa rakyatnya sendiri dalam hal ini suku Rohingya rasanya juga kurang pas dengan adanya nobel tersebut.

Pangeran Tampan yang merupakan pangeran perbawa budaya Kerajaan mempawah ini juga menuturkan  “saya Menyatakan Mengecam keras dan sangat marah atas krisis kemanusiaan yang terjadi di kawasan rohingnya Myanmar” tuturnya pada Republik Ngopi melalui Saluran Telepon seluler Pangeran tampan ini juga sangat berharap dan menyerukan harapan perdamaian diRohingya agar hidup damai dan saling berdampingan satu sama lain tidak hannya itu Pangeran Chandrarupa juga berharap agar dikirim Pasukan Perdamaian PBB untuk membantu kasus kemanusiaan dan HAM yang dialami Muslim Rohingya di Myanmar.

Serta Pangeran Tampan  yang juga pangeran kapita yang terutama   Kepangeranan Chandrarupanto Patani Shri tiworo (salah satu kepangeranan otonom dibawah kerajaan tiworo buton) tersebut juga mengajak pada bangsa Indonesia dan masyarakat luas yang ada di Dunia ini untuk terus dan selalu menebarkan perdamaian Cinta kasih dan saling hidup rukun berdampingan satu sama lain tanpa memandang suku,Ras dan Agama agar kita sesama manusia selalu rukun dan damai.,(Sams’)

PRESIDEN RI Ir.JOKO WIDODO KELUARKAN PERATURAN PRESIDEN SEKOLAH LIMA HARI

PRESIDEN RI Ir.JOKO WIDODO KELUARKAN PERATURAN PRESIDEN SEKOLAH LIMA HARI
-=Republik Ngopi=-


adhytribratanewspolri,Presiden Joko Widodo, akhirnya mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pendidikan karakter atau sekolah lima hari. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang selama ini menolak, akan ikut.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj, usai bertemu Presiden Jokowi. Perpres ini akan dikeluarkan pada Rabu 6 September 2017 besok.
"Iya besok, besok saya ke sini lagi (Istana) dengan Muhammadiyah dengan ulama, akan mengeluarkan, Presiden akan mengeluarkan Perpres tentang pendidikan karakter," ujar Said Aqil, di Istana Negara.
Said Aqil menjelaskan sekilas isi dari Perpres tersebut. Bahwa kementerian terkait yakni Kemendikbud, Kementerian Agama maupun Kemenristek Dikti, tidak boleh mematikan madrasah diniyah.
Selama ini, protes dari PBNU terkait kebijakan Mendikbud yang sebelumnya melalui Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 tentang Hari Sekolah, disebut akan mematikan madrasah diniyah. Namun diakui Said, dengan Perpres ini nantinya madrasah diniyah akan dibantu oleh tiga kementerian tersebut.
"Semua menteri, Mendikbud, Menag, maupun Dikti harus mendukung pendidikan karakter yang sudah berjalan yaitu madrasah diniyah, swasta di bawah swadaya masyarakat tetap berjalan. Bahkan didukung," ujarnya menjelaskan.
Tak hanya itu, untuk madrasah diniyah yang selama ini para gurunya digaji dari swadaya, kemungkinan akan mendapatkan dana dari pemerintah. Melalui program pendidikan karakter ini.
"Dengan adanya Perpres ada kewajiban, ada payung kewajiban mengeluarkan anggaran. Malah bantuan," katanya. Dimana selama ini gaji dari para guru itu, dibiayai sendiri oleh madrasah diniyah.
PBNU sebelumnya merupakan ormas yang paling getol menolak kebijakan sekolah lima hari atau full day school (FDS) yang digagas pemerintah. Pasalnya, kebijakan itu dikhawatirkan akan memberangus pendidikan madrasah yang selama ini berjalan. Program FDS dinilai akan menggusur madrasah diniyah yang dibangun masyarakat, yang gurunya dihonor oleh masyarakat secara swadaya, yang jumlahnya mencapai 76 ribu guru se-Indonesia.
Bahkan, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menolak berkompromi dengan pemerintah soal kebijakan tersebut. Ia menutup rapat dialog soal sekolah lima hari atau full day school.

Sabtu, 02 September 2017

Raker Wilayah II Pengurus Wilayah IPNU Jatim, Kapolres Ingatkan Waspada Kelompok Radikal

RAKER WILAYAH II PW.IPNU JATIM, KAPOLRES INGATKAN WASPADA KELOMPOK RADIKAL
-=Republik Ngopi=-

Bojonegoro - Pada Rapat Kerja (Raker) Wilayah II Pengurus Wilayah Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Jatim yang diadakan pada hari Sabtu (02/09/2017) Sore tadi, sekira pukul 15.00 WIB yang dipusatkan di Pondok Pesantren (Ponpes) Abu Dzarin Kendal Desa Sumbertalseh Kecamatan Dander, Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu S. Bintoro, SH., SIK., M.Si mengingatkan kembali tentang bahaya serta perlu adanya kewaspadaan seluruhnya karena pengaruhnya banyak merekrut kaum muda serta disinyalir telah memasuki dibeberapa Ponpes yang ada di Jawa Timur.

"Beberapa Ponpes di wilayah Magetan, Madiun, Jombang, Lamongan disinyalir sudah dimasuki paham radikal", ungkap Kapolres.

Selain Kapolres Bojonegoro, hadir dalam Raker yaitu pengurus pw. NU jawatimur yang diwakili K. h sofiyullah mashur dan Pengasuh Ponpes di lingkungan Kendal Kecamatan Dander Bojonegoro, ketua PC NU bojonegoro dr. Kholid ubed Sp. Pd beserta Banom NU Bojonegoro, muslimat, fatayat, Pengurus MWC NU kecamatan dander, pengurus pc IPNU-IPPNU Bojonegoro dan pengurus pac ipnu-ippnu sekabupaten bojonegoro, Pengurus PC IPNU se-Jawa Timur, Anggota DPRD Bojonegoro Ahmad Sunjani, Kadiknas Bojonegoro, Kadis Lingkungan Hidup Bojonegoro serta undangan sebanyak 600 orang.

Acara yang mengambil tema " Konsolidasi Gerakan Pelajar Membangun Ketahanan Informasi ", direncakan berlangsung selama 2 hari hingga besok, sekligus launcing cyber force.

Dalam sambutannya membuka Rakor, Kapolres mengucapkan rasa bela sungkawa kepada keluarga besar Ponpes Abu Dzarin atas musibah yang menimpa salah satu santinya yang pada hari raya Idul Adha tenggelam terseret arus bengawan solo serta mengucapkan selamat merayakan Idul Adha 1438 H kepada seluruh undangan yang hadir.

Masih melanjutkan sambutannya, Kapolres juga mengingatkan bahwa bangsa dan Negara Indonesia yang dibangun atas dasar Pancasila dimana Indonesia sangat beragam yang terdiri dari suku, agama dan Ras yang berbeda-beda, sehingga sangatlah penting mempererat persatuan dan kesatuan bangsa diatas perbedaan-perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesai sebagai identitas bangsa dimata dunia.

"Keanekaragaman bangsa Indonesia yang oleh pendiri bangsa dibingkai dalam Bhineka Tunggal Ika merupakan salah satu kekuatan dunia yang patut diperhitungkan oleh negara lain", ungkap Kapolres.

Masih adanya kelompok teroris yang masih menunjukkan eksistensinya, Kapolres mengatakan bahwa kelompok teroris tersebut masih bergerak dan tidak tinggal diam dan salah satu gerakannya yaitu dengan membentuk sel-sel terputus seperti seperti yang menamakan diri daulah Jombang, Malang, Megamendung, Madura, Solo, Pasuruan, Lamongan, Probolinggo, Sidoarjo, Banyuwangi.

"Termasuk juga ada mahasiswa ITS, dalam rekrutmen salah satunya menggunakan akun media sosial yang  menampilkan foto perempuan cantik", imbuh Kapolres.

Berkaitan dengan masih banyaknya berita-berita hoax yang beredar di dunia maya, berdasarkan riset serta pembuktian diperkirakan 70% tidak benar. Dengan terbentuknya cyber force yang di miliki pw. Ipnu jawatimur diharapakan dapat membantu dan bekerjasama dengan aparat keamanan terutama Kepolisian dalam membantu mengontrol dan mengawasi berita negatif di media sosial.

"Terimakasih atas dukungan semua pihak kepada aparat keamanan dalam menjaga kamtibmas", tutur Kapolres.

Sementara itu, Ketua PW IPNU Jatim Haikal Atiq Zam Zami mengatakan bahwa diadakan Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kaderisasi dan konsolidasi di lingkup IPNU. Sesuai dengan tema yang diangkat dalam Raker kali ini, merupakan salah satu melatar belakangi diadakan Raker. Dengan adanya over informasi yang terjadi saat ini ada yang bersifat positif maupun negatif.

"Cyberforce ini merupakan salah satu wadah untuk mengantisipasi adanya upaya-upaya untuk memecahbelah NKRI, merusak umat, pelajar dan generasi bangsa melalui media sosial ataupun dunia maya", ucap Haikal.

Jumat, 01 September 2017

MENGENAL DAN MENELADANI KH.ABU DZARRIN (Adnan) KENDAL BOJONEGORO KIYAI NYA PARA KIYAI

MENGENAL DAN MENELADANI KH.ABU DZARRIN (Adnan) KENDAL BOJONEGORO KIYAI NYA PARA KIYAI
-=Republik Ngopi=-


“KH. Abu Dzarrin lahir pada tanggal 12 Shafar 1316 H. yang bertepatan dengan tahun 1898 M. di Desa Sukorejo, Bojonegoro, Jawa Timur. 

Dari garis ayah KH. Abu Dzarrin memiliki silsilah dengan Mbah Haji Umar bin Adiman bin Sanding Ibn binti Walinoyorono, yang kesohor dengan nama kiai Bedug, Jati Karas Sedan Rembang Walinoyorono, merupakan salah satu muridnya Sunan Cantrik, Babakan Lasem. Sedangkan Sunan Cantrik adalah murid Sayyid Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Adapun dari pihak sang ibu, KH. Abu Dzarrin beribukan Nyai Habibah binti Mbah Haji Ali bin Mbah Gati binti Singojoyo bin Eyang Buyut Singonoyo, salah seorang penyebar agama Islam di daerah Bojonegoro.

KH. Abu Dzarrin adalah putra pertama dari lima bersaudara, yaitu : Abu Dzarrin, Bakri, Bakrun, Badrun dan Sahilah. 
***

Setelah KH. Abu Dzarrin berkelana ke banyak pesantren dan ulama yang berada di Jawa Timur dan sekitarnya, pada tahun 1923 beliau menikah dengan seorang wanita shalehah bernama Nyai Asmanah binti Haji Ridlwan. Kala itu beliau berumur 30 tahun sedangkan istri beliau berumur 14 tahun. 

Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 12 anak, yaitu: 1. Nyai Nafisah (Istri Kiai Chozin, ayah dari KH Muhajir pendiri PP. Al-Kuzi), 2. KHM. Dimyathi Adnan (Pengasuh PP. Abu Dzarrin sejak tahun 1958 hingga 1990), 3. KH. Ahmad Munir Adnan (Pengasuh PP. Abu Dzarrin sejak tahun 1990 hingga 2002 dan seorang mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyah), 4. Nyai Mutqinah (istri KH. Masyhur pendiri PP. Al-Rosyid) 5. KHM. Ma’mun Adnan (Pendiri PP. Al-Asmanah), 6. Muhammad Makin (wafat kecil), 7. KHM. Charish Adnan (pendiri PP. Adnan Al-Charish), 8. Muhammad Kamil (wafat kecil), 9. Naqiyah (wafat kecil), 10. Matinah, (wafat kecil), 11. Nyai Hj. Lu’lu’atul Fuad (istri KHM. Ali Syafi’i, pendiri PP. Abu Dzarrin Al-Ridlwan), 12. Nyai Hj. Barrotut Taqiyah (istri KH. Fathurrohman, pendiri PP. Sunan Bonang, Parengan, Tuban).
***

Kiai Abu Dzarrin dikenal dengan seorang yang haus akan ilmu. Semenjak usainya masih kecil, Kiai Abu Dzarrin berkelana dari satu kiai kepada kiai yang lainnya untuk menimba ilmu. Pada mulanya, tahun 1902 Kiai Abu Dzarrin mulai belajar kepada paman sekaligus ayah angkatnya sendiri, Kiai Mutholib yang berdomisili di Desa Sukorejo Bojonegoro, kurang lebih selama 7 tahun. Pada masa itu, beliau telah mengabdi dan belajar kepada Kiai Mutholib dengan telaten.

Kemudian pada tahun 1909 dengan  himmahnya yang kuat, Kiai Abu Dzarrin melanjutkan belajar kepada Mbah KH. Basyir. Seorang kiai yang juga sebagai pengulu di daerah Bojonegoro. Kiai Abu Dzarrin ngangsu ilmu pada KH. Basyir kurang lebih selama 4 tahun, yaitu dari tahun 1909 hingga tahun 1913. Yang kemudian Kiai Basyir menyuruh agar ia ikut  membantu mengajar di Madrasah Mamba’ul Ulum Bojonegoro. Namun Kiai Abu Dzarrin hanya dapat mambantu mangajar selama 6 bulan karena harus melanjutkan belajar lagi.

Merasa belum cukup dengan ilmu yang dikuasainya, Kiai Abu Dzarrin memperluas cakrawala keilmuan dengan berkelana di luar Bojonegoro. Selanjutnya belajar kepada Kiai Cholil Bangkalan Madura. Kepada Kiai ahli di bidang ilmu Nahwu Shorof dan yang terkenal dengan kewaliannya ini beliau belajar selama 3 tahun, yaitu sejak tahun 1913 sampai 1916. Dikatakan, hampir seluruh pesantren yang ada di Indonesia terutama di Jawa memiliki sanad sampai pada Mbah Kiai Cholil Bangkalan..

Setelah 3 tahun belajar Bangkalan, Kiai Abu Dzarrin kembali lagi ke tanah kelahirannya untuk membantu mengajar di Madrasah Mamba’ul Ulum Bojonegoro. Namun, hal itu beliau jalankan hanya selama 4 bulan. Yang kemudian beliau kembali mondok.

Masih pada tahun 1916, Kiai Abu Dzarrin nyantri kepada Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, Tebuireng Jombang. Kurang kebih selama setahun, Kiai Abu Dzarrin menyelami lautan ilmu pada kiai pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ ini. Belajar pada Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari saat itu merupakan dambaan bagi hampir setiap santri. 

Pada tahun 1918 Kiai Abu Dzarrin melanjutkan belajar kepada Kiai Dahlan, ayahanda KH. Ihsan mu’allif  kitab Sirajut Thalibin  Syarh Minhajul Abidin. Waktu yang ditempuh beliau di Pesantren Jampes Kediri asuhan Kiai Dahlan ini hanya selama 3 bulan. Setelahnya, KH. Abu Dzarrin istifadatul ‘ilmi kepada seorang alim ternama, Kiai Manaf Abdul Karim, Lirboyo Kediri,  selama 4 bulan. Terhitung hanya 7 bulan Kiai Abu Dzarrin nyantri di Jampes dan Lirboyo.

Kemudian pada tahun 1918, usai mondok di Jampes dan Lirboyo, beliau belajar di Pesantren Maskumambang Gresik asuhan Kiai Abdul Faqih, selama  kurang lebih 6 bulan.

Pada tahun 1919, Kiai Abu Dzarrin berkelana kembali untuk berguru kepada seorang sufi nan alim, KH. Raden Dimyathi dan Syaikh Mahfudh, Tremas Pacitan. Di Tremas beliau mendalami ilmu kepada kedua ulama besar tersebut selama 6 tahun. 

Usai belajar di Tremas, ketika tahun 1923 beliau menikah dengan Nyai Asmanah binti Haji Ridlwan, Kendal. Sebagaimana tertera di depan. Walaupun telah menikah bukan berarti semangat belajar KH. Abu Dzarrin telah padam, bahkan semangat beliau makin berkobar untuk selalu belajar. Hal itu dibuktikan ketika tahun 1924 beliau menjalankan rukun Islam yang kelima, pergi ke Baaitullah al Haram untuk menunaikan haji. Namun demikian, Kiai Abu Dzarrin menyempatkan dirinya  untuk belajar pada ulama-ulama besar di sana. KH. Abu Dzarrin ini ternyata  juga seorang yang berprinsip “Sekali dayung, dua tiga pulau terengkuh”. Di tanah suci beliau mukim selama dua tahun, mulai 1924 sampai dengan 1926. Di sana, Kiai Abu Dzarrin belajar kepada Sayyid Abu  Bakar bin Muhammad Syatho Ad-Dimyathi, pengarang kitab I‘anatut Thalibin. Sepulang dari tanah suci, tahun 1926, Kiai Abu Dzarrin domisili di Kendal bersama istri dan ibu mertua putri (Mbah Nyai Asmanah). 
***

Sebagaimana layaknya kiai yang lain, Kiai Abu Dzarrin juga memiliki keistiqamahan dalam beberapa nadzifah. Kiai Abu Dzarrin semenjak umur delapan tahun hingga sepuh senantiasa melakukan puasa Senin dan Kamis kecuali ada udzur shahih. Bila mana ada udzur maka beliau menggantinya di hari yang lain. Dikatakan, puasa Senin Kamis ini telah menjadi kebiasaan Kiai Abu Dzarrin sehingga tatkala tak puasa, perut beliau terasa sakit.

KH. Abu Dzarrin juga sangat menekankan sholat berjamaah kepada diri sendiri, keluarga dan santri-santrinya. Menurutnya, sholat berjamaah merupakan salah satu tanda ilmu seseorang itu bermanfaat, sebagaimana  dawuh beliau ketika menganjurkan sholat berjamaah kepada para santrinya :

“Di antara tanda-tanda ilmu bermanfaat adalah sholat berjamaah, lebih-lebih sholat jamaah shubuh.”

KH. Abu Dzarrin juga merupakan orangtua yang sangat memperhatikan anak-anaknya, terutama dalam hal pendidikan. Ketika anaknya memasuki usia baligh beliau memanggil anaknya tersebut seraya berkata, “Wahai anakkku, kini engkau telah menginjak usia baligh. Sejak saat ini pula semua perbuatanmu menjadi tanggung jawabmu sendiri.” Setelah berkata demikian itu kemudian beliau memberikan mawaid agar anak-anaknya menjalankan kebaikan dan meniggalkan keburukan. 

KH. Abu Dzarrin juga seorang yang sangat berbakti kepada kedua orang tua dan guru. Di kala kecil beliau selalu membantu pekerjaan orang tua, seperti: mencari kayu bakar untuk masak, menyulam gedhek rumah dan segala pekerjaan rumah lainnya. Dengan beberapa pengalamannya di waktu kecil tersebutlah ketika telah menjadi kiai sesohor beliau tak gengsi melakukan pekerjaan yang remeh di mata manusia. Bersih-bersih halaman rumah, mencangkul, memperbaiki pagar, membuat sumur, membuat gapura masjid, menyulam baju dan menjahit sandal adalah hal yang biasa dilakukannya.

Sikap birrul walidain ini sangat nampak ketika beliau menjadi kiai di Kendal. Setiap hari Jum’at beliau istikomah ziarah ke pesarean orang tua dan guru-gurunya di Sukorejo dengan berjalan kaki. Kepada anak-anaknya yang belum baligh juga diajak ziarah kepada para leluhur guna mendidik mereka agar terbiasa mendoakan orang tua. Sebagai motivasi untuk anak-anaknya tersebut, KH. Abu Dzarrin memberikan hal yang menyenangkan kepada mereka berupa uang, makanan atau yang lainnya.
***

Dan di antara akhlaq mulia KH. Abu Dzarrin yang lain, beliau seorang yang tak mudah menyerah, ulet dan punya cita-cita besar. Dari Bojonegoro Kiai Abu Dzarrin berjalan kaki ketika berangkat mondok di Bangkalan, seraya membawa beras, kendil (alat menanak nasi) dan keperluan mondok lainnya. Dan lagi beliau mau menerima uang saku seadanya dari orang tua, yaitu sebanyak dua ringgit untuk selama nyantri di Bangkalan. Ketika uang sakunya hampir habis maka beliau mburoh ngliwet (menjadi buruh memasak), mencuci pakaian dan lainnya. Ringkasnya, beliau senang hidup mandiri, tak menjadi beban orang lain.

Di kala haji, KH. Abu Dzarrin berjalan kaki dari Makkah ke Madinah yang jauhnya + 486 km. Dalam waktu lima belas hari lima belas malam beliau melakukan perjalanan. Saat itu terjadi perang yang dikenal ‘Perang Wahabi’ maka untuk menghindari hal yang tak diinginkan beliau menyamar sebagai fakir miskin dengan mengenakan pakaian goni. Hal itu dilakukan semata-mata hanya karena ingin ziarah kepada Rasulullah Saw. Dan semasa di perjalanan tak ada sesuap makananpun yang beliau dapati kecuali buah Khondhil (buah yang sangat pahit, kalau orang Jawa menamakan Butrowali). Namun, alhamdulillah, karena rahmat Allah Swt, beliau dipertemukan dengan sekelompok orang Badwi yang mengasihinya yang akhirnya Kiai Abu Dzarrin selamat.

KH. Abu Dzarrin juga seorang yang qona’ah, sabar dan wira’i. Beliau mempunyai watak, segala sesuatu - baik itu remeh ataupun berharga, jelek ataupun bagus - bila bukan miliknya maka beliau tak berani memakai atau memakannya. Dalam mendidik putra-putrinya beliau sering kali dawuh: “Jangan sekali-kali memakai barang orang lain walaupun milik saudara kandungmu sendiri, sebab yang demikian itu amat tercela.”
Beliau orang yang istiqamah. Setiap hari Kamis usai dhuhur, Kiai Abu Dzarrin rutin mencukur rambut dengan tangannya sendiri dan nadhofah pada hal-hal yang lain, ittiba’ bisunnatir Rasul Saw. 

Dan beliau tak pernah melepas tutup kepala, terutama pada kondisi yang disunnahkan, seperti ketika sholat, ngaji, silaturrahim, buang air dan lainnya. Adapun tutup kepala yang biasa dipakai sebelum haji adalah udeng, dan sesudah haji yaitu kopyah putih. Hal ini dilakukannya hingga beliau wafat.

Dalam bergaul dengan sesama, KH. Abu Dzarrin senantiasa bersikap mengalah, tawadlu’ dan santun kepada siapapun. Dan setiap hari Jum’at usai ashar beliau senantiasa menyempatkan silaturrahim kepada sanak famili, tetangga dan santri-santrinya yang telah boyong dari pondok. Di lain waktu, bila ada sesama yang sakit tak bosan-bosannya beliau menjenguk. Begitu pula jikalau ada sesama yang meninggal dunia, beliau tak segan untuk ikut menyolati. Beliau juga selalu menghadiri undangan dari masyarakat, misalnya: walimatul haml, watimatul arusy dan lain sebagainya, terlebih acara maulid Rasulullah Saw.

Selain dikenal dengan seorang yang sosialnya tinggi, Kiai Abu Dzarrin juga salah seorang yang sangat benci dengan pergaulan bebas (campur bawur laki-laki perempuan) seperti yang marak di era ini. Kehati-hatiannya akan hal itu nampak tatkala masih hidup, setiap kali memberikan ceramah atau pengajian kepada kaum wanita beliau senantiasa berada di balik hijab.Demikian juga terhadap keluarga, beliau tak memberi kebebasan kepada istri dan putri-putrinya yang telah baligh keluar rumah ataupun menemui laki-laki yang bukan muhrimnya. 

Di sisi lain, KH. Abu Dzarrin tak pernah kecewa (ngersulo) terhadap pemberian Allah Swt, setiap masalah yang datang beliau hadapi dengan keteguhan hati dan ridlo. Misalnya, tatkala menjelang wafat beliau menyandang penyakit udunen (baca: bisul) yang tak kunjung sembuh hingga beliau dipanggil Allah Swt. Beliau tak pernah bercerita atas penyakitnya. Beliau tak ingin menyusahkan anggota keluarganya. Namun, penyakit yang disandangnya tersebut diketahui salah satu santri yang bernama Muhammad Ali Syafi'i (yang kemudian terkenal dengan KHM. Ali Syafi'i) yang setiap hari Selasa mencucikan pakaian KH. Abu Dzarrin. 

"Ojo mbok kandakno sopo-sopo, yen aku iki loro (Jangan kau beritahukan kepada siapapun kalau aku sedang sakit),” ujar beliau  ketika penyakitnya diketahui si santri tadi.

KH. Abu Dzarrin juga selalu bersikap bijaksana. Pada kesehariannya, di samping aktif membina santri-santri juga selalu memotivasi mereka agar senantiasa isytighal belajar dan mengesampingkan yang lainnya. Beliau sering dawuh; “santri yang istimewa adalah santri yang ketika pondok libur tak pulang kampung, tetap di pondok untuk belajar.” 

Dan beliau sering dawuh; "Mbesok zaman akhir waline Gusti Allah iku bocah pondok (kelak di zaman akhir wali-Nya Allah itu anak pondok)”. Tentunya yang dimaksud dengan anak pondok di atas adalah anak pondok yang bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu.

Selain  memprioritaskan ngaji pada santri-santri, Kiai Abu Dzarrin juga menganggap penting pengamalan wirid. Adapun aurod yang  biasanya diijazahkan kepada para santri, antara lain: Dala'ilu Khoirot, aurod ba'dal maktubah al ma’tsuroh dan lainnya. Sedangkan kitab-kitab yang rutin dibacakan kepada santri sekaligus beliau jadikan thoriqoh di antaranya; Taqrib, dan Kifayatul 'Awam. Menurut beliau kedua kitab ini bila dibaca secara rutin - tiap khatam dimulai lagi, begitu seterusnya - berarti sudah menjalankan thoriqoh.

Dalam berbagai kesibukannya, Kiai Abu Dzarrin masih sempat mangabdikan diri pada Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Sebagaimana termaktub dalam bukunya Drs. H. Anas Yusuf yang berjudul “50 tahun NU Bojonegoro”, bahwa, hasil dari keputusan musyawarah yang dilakasanakan pada April 1954 terpilih para Pengurus NU Cabang Bojonegoro termasuk KH. Abu Dzarrin sebagai salah satu Rais Syuriah. Dan pada Oktober 1957 beliau bersama Pengurus NU Cabang Bojonegoro menghadiri pertemuan Kongres Jam’iyyah Ahlut Thoriqoh An-Nahdliyah di Magelang. Mereka yang hadir itu adalah KH. Abu Dzarrin, KH. Rahmat Zubair dan M. Dimyathi. Sejak saat itu pula jamaah thoriqoh di Bojonegoro secara organisasi mulai dikembangkan.12

KH. Abu Dzarrin juga sosok figur yang sangat menghargai waktu. Selain waktunya untuk beribadah dan mengajar santri, waktu yang lain juga dihabiskan untuk menulis. Banyak karya beliau yang berbentuk tulisan, antara lain: Tauhid Jawan (Tauhid),  Faroidl,  Jadwal Haidl, Rumuz A’immatil Fuqoha’ (Fiqih), Mabadin Nahwi, Jurumiyyah Tarjamah (3 jilid), Imrithi Tarjamah,  Alfiyah Tarjamah (Ilmu Alat), Jadwal Arudl dan Hisab, dan lain sebagainya.”
***

Lebih dari tiga puluh tahun KH. Abu Dzarrin berkiprah memperluaskan agama Allah Swt di Bojonegoro dan sekitarnya, terutama di Kendal. Alhamduillah, berkat perjuangan Mbah KH. Abu Dzarrin, kini Kendal menjadi kawasan multi pesantren yang juga terdapat beberapa jenjang pendidikan. Tak sedikit para siswa dan santri yang ngangsu  kaweruh  di Kendal guna memperdalam ilmu pengetahuan dan mengharap barokah dari para masyayikh Kendal.

Semua aktifitas perjuangan KH. Abu Dzarrin dalam Li’i’laa’i Kalimatillah  senantiasa didasari keikhlasan dan keistiqamahan sehingga beliau memenuhi panggilan Allah Swt pada hari Kamis Legi, 17 Dzulqo’dah 1378 H bertepatan dengan tanggal 5 Juni 1958 M. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Masyayikh Kendal. Semoga Allah Swt mengampuni segala dosa, menerima kebaikan beliau, dan meluaskan rahmat untuknya di alam barzakh. Serta kita semua mendapatkan limpahan keberkahan dari pada ilmu beliau. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. 

--------------------
Sumsel, 4 Desember 2015

Tahta yadi Al Faqir,
Muhsinin
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html